Sabtu, 06 April 2013

Ketika ALLAH Mengirimkan Al-Kafirun ke Rumah Kami..


Awal Kemunculan.
            Sejak kecil, saya selalu membaca, mendengar, atau menonton kisah-kisah nabi. Melalui kisah nabi saya selalu menemukan suri tauladan dan hikmah-hikmah yang ,InsyaALLAH, dapat memperkuat keimanan saya dari hari ke hari, amin.
            Dalam kisah-kisah tersebut selaluuuu saja ada tokoh antagonis yang bikin gregetan. Jadi, kadang waktu masih kecil, mendengar kisah-kisah nabi/rasul tak ubahnya nonton film superhero. Ada jagoannya, ada musuhnya. Tokoh itu tiada lain tiada bukan adalah sindikat Al Kafirun. Seperti yang kita ketahui, dakwah dan eksistensi para nabi/rasul tidak selalu diterima dengan hangat. Acapkali, muncul golongan yang menolak bahkan cenderung offensive. Tidak jarang pula, perbuatan mereka ini meresahkan dan merugikan orang-orang di sekitarnya. Contohnya saja masyarakat jahilyah kala itu (ya, sepertinya sih begitu --a).
            Bagi saya, perjuangan dakwah para nabi itu MasyaALLAH! Terutama perjuangan Rasulullah SAW, itu luar biasa. Ketabahan, kesabaran, dan keyakinan beliau yang bisa membuatnya keep struggling with total power. Subhanallah, menakjubkan.
            Namun, sejauh ini, semua itu hanya termaktub dalam lembaran-lembaran kisah dan agaknya mustahil saya temui sendiri.Hingga tiba suatu masa, ALLAH mencoba keluarga kecil saya. ALLAH Azza wa Jalla mengirimkan Al Kafirun itu ke tngah-tengah kami. Delivery service langsung cuzzzz ke rumah kami.
            Al Kafirun dari seberang samudra, entah dari alam macam apa dia datang. Tiba-tiba eng ing eng.... -..-
Ia tidak percaya Tuhan, sudah pasti ia juga tidak punya agama. Dia nggak paham dengan mindset orang-orang beragama (dan saya nggak paham sama mindset dia, impas).
Menurutnya, agama itu hanya rekaan manusia dan tak ubahnya belenggu kehidupan. Aturannya rempong, tidak masuk akal, dan semacam buang-buang waktu. Ya, oke, secara umum itu haknya untuk memilih keyakinan atau tidak yakin akan keyakinan. Suka-suka dia mau jadi agnostic,atheis,atau apa pun itu judulnya. Tapi yang nyebahi udah Al-Kafirun nyolot lagi!  
            Saat itu yang melintas di benak saya adalah “Ya udah siiiiiih, urusane dhewe-dhewe, lha wong sing nglakoni wae hepi, kok dadi kono sing mbingungi lho,”
Tapi, setelah dipikir lagi, saya harus bisa kasih jawaban yang logis dan baik dong. Ya bagaimana pun juga ini keyakinan yang harus saya perjuangkan. Agama tidak maen-maen, boi! Apalagi dia tanya, intinya:  Ngapain sih beragama, Islam khususnya, kan aturannya aneh-aneh? *Seketika pengen saya kapyuk mukanya pakai air accu. Astaghfirullah*
Saya bilang, agama bagi saya pribadi adalah kebutuhan rohaniah. Manusia itu tidak hanya butuh materi tetapi juga kebutuhan spiritual seperti rasa bahagia, kedamaian, kasih sayang dan juga the presence of  superholly power beyond yourself yakni TUHAN. Seharusnya makin manusia itu berpikir semakin ia sadar betapa kerdil dan pandir dirinya di dunia ini, bukanya makin pongah. Serasional apa pun kita, banyak hal-hal yang tidak bisa kita terangkan secara science. Sekarang, saya tanya deh, how can you’re still alive until right now? How do you breath? How do you move your body? And how do you take a shit?! It’s a great blessing from God. Berkah. People alive as of the soul, ruh, so that’s not about heart that beats, blood that circulates, or lungs that breath. Kalo cuma begitu, orang sekarat yang udah dikecengin sama Izrail juga bisa kalau dipasang respirator, pacu jantung, infus dll. Nggak bakal keliatan mati, tapi ya cuma gitu. Hidup itu lebih berarti braay, tidak sekadar jantung berdetak, darah mengalir atau napas kembang kempis. There’s alot of stuff that can’t be explained by science, but religion does it very well.
Hidup itu rencana Tuhan, isinya pengabdian. Dalam Al Quran dijelaskan: Wamaa kholaqtuljinna wal insa illa liya’buduun (Addzariyat 56). Manusia dan Jin diciptakan untuk beribadah, untuk menyembah Tuhan pemciptanya. Berarti, sudah kodrat manusia untuk beragama, beribadah, meyakini keberadaan sang Khalik.
Agaknya, perjuangan ini akan berjalan cukup lama. Ya Rabb,  Yaa shahibbul ‘arsy, kuatkan kami sekeluarga. Saya dan keluarga harus lebih dalam belajar agar bisa menjawab semua pertanyaan absurdnya. Menurut Bapak, wajar dia begitu, dia ‘kan belum tahu. Tugas kita adalah ngandhani dia. Ya ada benarnya juga.
Meskipun demikian, kami mencoba mengambil hikmah. Setidaknya, kedatangannya membuat kami makin mendekatkan diri kepada ALLAH. Mau tidak mau kami harus beribadah  lebih taat lagi. Belajar  agama yang lebih giat lagi agar bisa menjawabi dengan cerdas dan tangkas. Minimal, dia melihat bahwa orang beragama, khususnya kami yang muslim ini, adalah orang-orang baik, rahmatan lil ‘alamin. Amin.